Senin, 06 Mei 2013

SALAH ASUHAN



Judul                        : Salah Asuhan
Penerbit                    :
Pengarang                :
Tahun Terbit             :
Jumlah Halaman       :
Kategori                   : Fiksi

Salah Asuhan

Sebuah perubahan zaman terlihat jelas ketika Belanda menjajah bangsa Indonesia. Belanda yang mengeruk sumber daya alam Indonesia melalui tangan bangsanya sendiri. Belanda membawa budaya baratnya dan mempengaruhi orang-orang yang mereka sebut pribumi. Mereka hanya memperlakukan orang pribumi yang menjunjung tinggi martabat Belanda. Tak terkecuali Hanafi, orang pribumi dari Solok yang sangat dekat dengan Belanda. Ia sudah ditinggal mati ayahnya sejak kecil. Ia dikirim ibunya untuk sekolah dan tinggal bersama orang Belanda dari kecil. Sampai-sampai Hanafi lupa akan budaya aslinya, Padang.
Hanafi bersahabat karib dengan putri Belanda, bernama Connie. Hanafi mencintai Connie. Demikian pula Connie. Banyak laki-laki yang menyatakan cinta pada Connie yang cantik. Tetapi hanya Hanafi, laki-laki yang mampu membuat dirinya tidak berdaya.  Namun, nasib berkata lain. Connie berpikir lelaki pribumi tidak bisa bersanding dengan perempuan Belanda. Mereka tidak akan diterima di manapun mereka tinggal dan kemudian akah hancur rumah tangganya. Walaupun Hanafi berjanji akan hidu seperti orang Belanda dan meninggalkan kepribumiannya, Connie tidak isa menerima hal itu. Akhirnya Connie pindah ke Betawi dan berpamitan dengan Hanafi melalui surat. Hanafi kecewa cintanya tidak dibalas dan Connie meninggalkan dirinya.
Hanafi sakit-sakitan karena patah hati. Sampai ibunya memanggil dukun untuk mengobatinya dan meminta dukun itu untuk memberi obat agar anaknya mau menikah dengan perempuan yang telah dipilih oleh ibunya. Beberapa bulan, Hanafi sembuh dan ia berusaha untuk melupakan sakit hatinya terhadap Connie. Akhirnya setelah berdiskusi dengan ibunya, ia mau menerima Rapiah, anak mamaknya, perempuan yang dipilih ibunya untuk dijadikan istri Hanafi. Selain karena diminta ibunya, Hanafi juga harus menikah dengan Rapiah karena ia berhutang dengan mamaknya, karena mamaknya telah memberikan segalanya demi sekolah Hanafi.
Kelakuan Hanafi yang sedari kecil hidup dengan Belanda tentu tidak akan bisa berubah. Semenjak menikah dengan Rapiah, Hanafi memperlihatkan kecintaannya terhadap budaya Belanda yang bebas di hadapan penduduk Solok dan ibunya, di mana ia tinggal. Ia memaki istrinya dan bahkan memukul istrinya, karena ia menganggap istrinya sangat ketinggalan zaman. Rapiah merupakan perempuan yang hanya tinggal di dapur, tidak mau melihat melihat dunia luar untuk berkarir seperti perempuan Belanda lainnya. Setiap tamu Belanda yang datang ia tidak malu untuk memaki istrinya yang kolot. Ibu, Rapiah, dan anaknya selalu menangis di dapur melihat nasib mereka. Mereka hancur hati mereka melihat Hanafi yang diharapkan dapat meneruskan kebudayaan Padang, malah menjelek-jelekkan adatnya. Saat menikah pun Hanafi membuat masalah. Ia tidak mau menikah kalau ia harus berpakaian adapt, ia ingin memakai pakaian ala Belanda. Akhirnya dituruti permintaanya. Sampai mempunyai anak satu, ia tidak berubah.
Suatu malam, ia bertengkar dengan ibunya sampai membuat ibunya marah. Maka itu, azab Tuhan menimpanya. Ia digigit anjing gila. Ia harus ke Betawi untuk pengobatan. Di Betawiia bertemu dengan Connie. Ayahnya sudah meninggal dunia. Connie membutuhkan teman hidup. Namun, yang diingat hanya Hanafi. Connie senang sekali berjalan-jalan lagi dengan Hanafi. Tetapi ia takut kalau Hanafi kembali ke Solok bersama istrinya.
 Hanafi menceritakan keretakan hubungannya dengan istri yang dijodohkan oleh ibunya. ia juga berusaha untuk mendapatkan kembali Connie. Ia mengajukan perpindahan tempat kerja di Betawi dan ia mengirimkan surat cerai kepada Rapiah melalui surat yang dikrik untukibunya. Ia menyerahkan kembali Rapiah kepada ibunya karena ibunyalah yang memberikan Rapiah kepadanya. Connie yang pertama bimbang dengan permintaan Hanafi. Ia takut kalau ia dianggap merebut suami orang dan ia tahu rasanya sebagai seorang wanita yang ditinggal suaminya, karena ia juga wanita. Tetapi ia berpikir buat apa melanjutkan hubungan pernikahan yang sudah retak, malah akan menimbulkan dendam. Akhirnya Connie menikah dengan Hanafi, lelaki pribumi dengan segala konsekuensi yang ada termasuk omongan orang-orang Belanda mapun  pribumi. Hanafi membuat Connie tegar pada awal pernikahan mereka.
Namun, memang zaman belum mendukung adanya pernikahan campuran darah ini. Connie mulai goyah hatinya. Hanafi dan Connie berteman dengan teman-teman Belanda di sekitar tempat tinggalnya. Namun, setelah mereka pergi, teman-temannya selalu membicarakan mereka. Saat Hanafi pergi kerja, ia setiap minggu ditemani wanita yang membuat ia girang. Pernah suatu kali, wanita tersebut menawarkan perhiasan kepaa Connie dengan iming-iming ia bisa memberi gratis jika Connie mau dengan laki-laki Cina yang diperkenalkan wanita itu. Connie marah, ia mengusirnya dari rumah. Namun, semua terlambat karena setelah melihat wanita ini, Hanafi mengira Connie telah berselingkuh dengan laki-laki lain saat ia tidak ada di rumah. Connie tidak terima ia mulai tidak tahan dan seakan merasa menyesal menikah dengan laki-laki pribumi. Akhirnya mereka pisah ranjang dan bercerai.
Hanafi akhirnya sadar jika ia salah dan kemudian mencari Connie untuk meminta rujuk. Ia mencari dan menemukannya di Semarang saat Connie dalam keadaan kritis di rumah sakit Semarang. Namun, terlambat, Connie meninggal dunia. Namun  demikian ia meninggal dengan  memaafkan Hanafi. Hanafi bimbang harus ke mana lagi ia mengadu. Kembalilah ia ke Solok.
Di Solok ia bertemu dengan Rapiah, anaknya dan mantan mertuanya pergi kembali ke Bonjol tempat asal mereka. Ia merindukan ibunya dan menceritakan segalanya. ibunya menceritakan kepadanya bahwa selama ini ia hidup bersama Rapiah dan anaknya di Solok. Mereka tertawa bersama serta menangis bersama menunggu kedatangan Hanafi. Ibunya meminta Hanafi agar rujuk dengan Rapiah. Hanafi tidak mau.
Sampai Hanafi kembali sakit-sakitan. Ibunya khawatir dan memanggil dokter untuk mengobati Hanafi. Tetapi Hanafi tidak tertolog lagi. Ia telah meminum obat penenang dengan dosis yang berlebihan. Hanafi meninggalkan ibunya. Hanafi pula meninggalkan Rapiah untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Ia meninggalakan ananya yang tidak tahu bagaimana wajah ayahnya.
Semenjak itu, Rapiah tinggal lagi di rumah ibu Hanafi. Rumah ibu Hanafi selalu dikunjungi oleh pemuda dari luar. Ibu selalu menceritakan betapa pentingnya sekolah, namun jangan pernah melupakan budaya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar