Senin, 06 Mei 2013

Mengulas Cerita Anak Laskar Pelangi



Mengulas Cerita Anak
Laskar Pelangi



“Jangan pernah menyerah!” itulah -kira pesan terdalam yang dapat saya ambil dari film maupun novel Laskar Pelangi, karya besar anak bangsa, Andrea Hirata. Mungkin kata-kata ini dianggap bukanlah sebuah kalimat istimewa. Namun, jikalau kita melihat bersama isi dari Laskar Pelangi, saya yakin anggapan itu berubah. 
Setiap adegan dari film Laskar Pelangi mengandung suatu makna yang benar-benar tersirat yang membuat saya berpikir setiap malam sebelum tidur. Makna yang jelas terlihat di dalam kehidupan sehari-hari kita. Masalah persahabatan, pertengkaran, hubungan guru dan murid, guru dengan kepala sekolah, guru dengan masyarakat, anak dengan orang tua, anak dengan saudar-saudaranya, sekolah satu dengan sekolah yang lain, dan perjuangan menggapai pelangi. Saya mencoba mengulas dari apa yang saya tonton dan bandingkan dengan fakta masyarakat yang ada sekarang ini.
P
Ersahabatan. Kita melihat pertemanan antara Ical, Lintang, Aling, dan 7 teman lainnya. Mereka bermain bersama di tepi laut, di tepi hutan belantara, tak mengenal rasa takut untuk mencari tahu apa yang belum mereka ketahui. Mereke saling mendukung dalam belajar. Ketika Bu Mus tidak mengajar, Lintanglah yang mengajak teman-temannya untuk tetap belajar bersama. Ketika Mahar mempunyai ide tentang apa yang akan ditampilkan pada kegiatan karnaval, ia mengajak teman-temannya berlatih bersama dan akhirnya berhasil membuat keluarga dan teman-temannya bangga. Ketika mereka berpetualang ke sbuah hutan untuk menemui seorang dukun, mereka berhasil menemukan sebuah kata-kata mutiara, “ Jika nak pintar, belajar, jika nak berhasil, usaha”. Walapun sebetulnya itu bukan merupakan tujuan mereka ke hutan. mereka dari daerah Belitong yang terpencil, dengan keadaan apa pun  tetap bertahan untuk sekolah bersama dan saling mendukung.Sampai mereka dewasa, mereka masih saling mencari. Di mana Ical berusah mengucapkan terima kasihnya atas semangat yang diberikan kepadanya denagn kembali menemui teman-temannya di Belitong. Teramat besar kasih sayangnya pada teman-temannya.
P
ertengkaran. Wah, banyak cerita lucu ketika mereka bertengkar. Hahaha. Kita melihat bagaimana sebagian ada yang setuju pergi ke hutan menemui dukun dan sebagian tidak. ,ketika mereka mulai tercerai berai saat Bu Mus tidak mau mengajar lagi. Tetapi pertengkaran mereka tidak pernah yang namanya  putus menggantikan persahabatan mereka.
Seclumit kisah anak-anak ecil yang dalam bermain sering bertengkar. Itulah makna kehidupan sosial yang secara tidak langsung diajarkan kepada anak melalui pertemanan. Anak-anak belajar bagaimana mereka mengatasi masalah saat salah satu teman mereka berbuat curang, saat lawan mereka mengalami kekalahan, saat kita berusmemenangkan suatu permainan dalam satu tim. Semua adalah pembelajaran.
G
uru dan murid. Yah hubungan bu Mus dan lascar pelangi begitu kental terasa. Bu Mus mendorong anak didiknya untuk belajar menggapai pelangi. Bu Mus dengan sabarnya tanpa memohon imbalan mengajar  mereka. Bu Mus tidak hanya mengajarkan mata pelajaran poko saja, namun mengajarkan nilai moral, nilai sopan santun, dan mensyukuri hidup.
“Nilai kalian turun semua. Bagaimana kalian bisa lulus?” itulah sedikit amarah seorang guru ketika melihat nilai anak didiknya turun.Rasa cintanya mendorong emosi itu. Tetapi dengan sabarnya, Bu Mus mendidik mereka supaya mereka paham akan nilai pendidikan yang ada saat itu, bahwa pendidikan itu penting. Dan ilmu itu mahal harganya. Bu Mus membina Lintang dan teman-temannya dalam mengikuti lomba Cerdas Cermat SD. Bu Mus, seorang guru yang merasakan kepedihan yang mendalam saat Lintang harus keluar dari sekolah dan harus bekerja menafkahi adik-adiknya. Seorang guru yang siap menjadi pelayan murid-muridnya agar mereka merasa puas dan terus haus akan ilmu. Guru teladan yang tidak menilai  dari segi materi, namun dari segi hati.
Bu Mus mengajak laskar Pelangi bermain dan belajar di dalam kelas dan di luar sekolah. Bu Mus menggayuh sepeda tuanya  bersma lascar pelangi menyusuri jalan desa menuju tepian pantai  untuk mengejar pelangi, yaitu mengejar cita-cita.
 Seorang guru yang selalu menanamkan cita-cita kepada murid-muridnya adalah guru sejati yang pernah saya baca, yaitu bu Mus. Sosok yang kadang tak luput dari  kesalahan. Bu Mus bingung dan merasa sendirian ketika Kepala Sekolahnya meninggal. Apakah harus menutup SD tersebut atau tidak. Tetapi Bu Mus menghilangkan segala keraguannya dan ingat akan murid-muridnya. Kemudian kembali mengajar. Sebuah refleksi semua guru di Indonesia.
Guru dengan kepala sekolah. Suatu hubungan yang sangat harmonis membuat sekolah menjadi hidup. Kepala sekolah yang menjadi tumpuan dan pijakan berbagia nasehat dalam membangun sebuah sekolah tercermin jelas dalam Laskar Pelangi. “ SD Muhammadiyah Gentong adalah sekolah yang mendidik anak bangsa tidak melihat materi, tetapi hati “ Kata mutiara ini sungguh menyentak hati saya.
Apakah ada sekolah yang seperti itu? Saya yakin ada. Kita melihat dari segi pengajar dan kepala sekolah saja. Tidak melihat dari segi fisik bangunan. Itulah arti sekolah yang melihat hati.
Sebetulnya saya mengetahui bahwa pendidikan itu mahal harganya.namun bukan kita melihat dari segi materi atau fisiknya saja. Lihat saja dari diri saya saja. Orang tua saya mampu membiayai sekolah saya. Namun begitu mahalnya untuk dan kerasnya untuk mendapatkan ilmu tersebut dan menyimpannya dalam hati. Begitu mahalnya orang tua yang bekerja keras untuk sekolah saya. Begitu mahalnya dan beratnya jika saya harus membolos sekolah. Betapa mahalnya jika kita hanya menganggap sekolah itu membosankan. Yah, semua pandangan harus kita hapus dan positifkan semua hal tersbut agar kita dapat dengan mudah mensyukuri nikmat yang kita dapat.
Sekolah dengan masyarakat. Wah, suatu  refleksi dalam kehidupan sehari-hari kita. Dalam cerita lascar pelangi, kita melihat ayah Lintang,walaupun tidak mampu secara financial, namun membantu mendorong Lintang untuk bersekolah dan mempersiapkan diri untuk Lomba Cerdas Cermat  esok harinya. Melihat ayah Ical yang  sangat bersemangat untuk memberikan dukungan kepada anaknya ketika  mengikuti LOmba Cerdas Cermat.
Itulah yang dibutuhkan oleh pendidikan saat ini. Orang tua tidak hanya mengandalkan sekolah untuk mendidik anak mereka. Namun, mereka memberikan dukungan kepada anak-anaknya, melihat perkembangan anaknya, dengan menanykan kesulitan di sekolah dan bersama-sama mengatasinya. Orang tua yang selalu berpikiran positif terhadap sekolah anak-anak mereka. Orang tua yang tidak hany protes karena biaya pendidikan mahal. Sebetulnya apakah begtu berat orang tua zaman sekarang menyisihkan sebagian uang mereka untuk pendidikan anak mereka dan sekolah anak mereka.? Pertanyaan saya yang saat ini masih saya cari. Apakah meeka tidak mau mendukung kegiatan sekolah anak mereka? Apakah mereka lebih memetingkan perut mereka dibandingkan pendidikan mereka? Sebuah cerita yang kontradiktif dengan ayah Lintang yang rela banting tulang asal Lintang tidak iktu bekerja dan tetap bersekolah.
Padahal kita tahu, bahwa orang tua yang kurang mampu tidak harus memberikan sumbangan. Itulah poin terpenting. Orang tua yang kurang mampu tidak harus membantu secar financial.  Sekolah malah membantu dari segi pakaian dan buku anak dari keluarga yang kurang mampu. Itu merupakn pendapat saya terlepas dari apa saja kebijakan dari pemerintah.
            Kini tiba saatnya saya mengutarakn bagian yang paling saya sukai dan menjadi cerminan diri saya sendiri. “ Ayahku sudah meninggal dunia. Aku harus membiayai adik-adikku. Nanti aku ke sekolah untuk menyampaikan salam perpisahan” Kira-kira isi surat yang dikirim Lintang kepada Bu Mus dan teman-temannya. Saya berusaha menahan air mata saya mendengar isi surat tersebut. Bagaimana tidak, Lintang, murid yang jenius dan cerdas, harus meninggalkan bangku sekolah, meninggalkan cita-citanya sendiri demi adik-adiknya. Anak sekecil itu yang harus menanggung beban berat menghidupi keluarganya sendiri tanpa ibu dan ayah. Anak yang pernah diam selama beberapa menit berharga sambil menunggui buaya yang sedang melintas di jalan, saat ia  menuju sekolah, mengikuti lomba cerdas cermat, sampai akhirnya ada seseorang yang menyingkirkan buya tersebut dari jalan Anak yang memberikan inspirasi kepada Ical untuk terus bermimpi , untuk terus berusaha, dan belajar menggapai pelangi.
Tetapi ternyata tidak, Lintang menggapai cita-citanya lewat anak perempuannya. Ia menularkan segala semangatnya kepada anaknya. Semangat untuk meraih cita-cita setinggi langit. Tidak memandang halangan dan rintangan yang menghadang . terus dan terus, tidak pernah menyerah.
Ical yang dapat meraih pelanginya, mendapat  beasiswa ke Sorbon, Paris,Prancis adalah hasil usahanya meraih pelangi dengan bantuan semangat Bu Mus, Lintang, dan teman-temannya. Jangan Pernah Menyerah !
Kita sudah mengetahui bahwa  keadaan SD Muhammadiyah Gentong yang begitu amat sederhana. Kapur pun tidak ada, apalagi spidol. Papan tulis pun masih menggunakan Papan tulis hitam yang kapurnya berdebu. Hal itu berkebalikan dengan keadaan sekarang yang sebagian besar, belum semuanya, sudah dapat dikatakn cukup baik. Minimal sekolah yang tidak bocor. Para pembaca sekalian , kita wajib bersyukur atas semua karunia Tuhan. Kita masih bisa melihat anak kita, teman kita bersekolah dengan baik dan biaya yang cukup. Maka, wahai para pemuda semuanya, jangan sia-siakan fasilitas yang kita dapat untuk mencari ilmu karena masih ada orang lain yang mungkin masih menggunakan lampu minyak untuk belajar. Jangan pernah menyerah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar